cenat cenut soalnya gue sendiri tiba2 ngidam bikin cerita yg normal dikit...
*ga memperjelas*
yah seenggaknya gue berharap cernut gue bisa nunjukin kalo gue ga idiot2 amat B')
enjoy my cernut! baca bismillah dulu!
Pagi ini matahari terlalu terik, bulan Agustus hampir berakhir. Tugas menulis karangan dari sekolah masih kosong. Aku sangat ingin menghabiskan sisa libur musim panasku di Hawaii , berseluncur disana, mengumpulkan beberapa kerang-kerang yang cantik, dan menghabiskan banyak semangka dan es krim. Tetapi, semua itu nggak akan menyenangkan kalau hanya dilakukan sendiri, tanpa teman.
Aku nggak ngerti dengan semua temanku, aku memiliki segalanya untuk mereka bersenang-senang. Kalau mereka mau, mereka bisa menginap di penginapanku di Hawaii , atau membeli beberapa potong pakaian yang lucu di mall dan kubayar semua.
Dirumahku juga jarang ada mama atau papaku, jadi mereka bisa menginap dirumahku kapan saja tanpa harus merasa merepotkan. . Teman itu harus sempurna, teman itu memiliki semua yang kau inginkan. Dan aku punya semuanya!
Mereka bilang aku sombong? Mereka saja yang bodoh!
Aku merebahkan badanku di lantai, merasakan teriknya matahari. Mencoba bersatu dengan panasnya, berharap bisa memberikan kekuatan untukku akan persahabatanku.
Matahari, apakah yang kulakukan salah? Mereka yang terlalu naïf? Atau justru aku?
Hembusan angin musim panas membuat rambutku yang masih basah terurai lembut.
Suara jangkrik yang biasanya membuatku ingin membakar serangga serangga kecil itu, sekarang membuatku terhanyut dalam lamunanku.
Kata-kata Rachel masih terdengar kental dalam pikiranku.
“Kau terlalu egois, mungkin kau punya segalanya, tapi segalanya bukan berarti persahabatan juga! Aku ingin berteman denganmu! Tapi kau bukan satu-satunya temanku! Bahkan Tuhan nggak melarang aku untuk berteman dengan dia atau mereka!”
Persetan dengan kata-kata nya! Aku temannya! Memberikan semua yang ia suka!
Tapi ia lebih memilih si kacamata peot itu!? Bahkan semua gencatan yang aku lakukan untuk membuat si kacamata pergi dari sekolah di hancurkan sendiri oleh temanku, mantan teman baikku. Rachel.
“ibu dan ayah nya sudah tidak tinggal bersama lagi, mereka terlalu sibuk hingga membiarkan anaknya hidup terlalu bebas. Ia hanya mencari Perhatian , Ia kurang kasih sayang….”
Guru macam apa itu?! Membeberkan rahasia keluargaku, mengatakan seolah-olah aku benar-benar menyedihkan!
Sekali lagi, hembusan angin menerpa wajahku. Aku membuka mataku, menepis cahaya yang menyilaukan pandanganku. Dan terpejam kembali.
Mungkin mereka benar, mungkin aku yang salah. Tapi apa hukumannya tidak terlalu berat? Aku tidak punya teman. Siapa yang bisa memelukku disaat semua hal yang dilakukan orangtuaku bukanlah hal yang kumau.
Mungkin Rachel benar, aku egois. Aku yang bodoh karena menyianyiakan teman sebaik dia.
Sekarang aku menyesal?
Aku tidak mengerti. Apa semua anak seumuranku merasakan hal ini? Serumit ini?
Kalau keajaiban benar-benar ada, kalau Tuhan memang adil.
Aku ingin bahagia.
Kapan terakhir kali mama membelai rambutku?
Kapan terahir kali aku tertawa bersama teman?
Kapan terakhir kali aku tesenyum?
Kapan aku bisa memiliki kembali kenangan itu? Kenangan yang nyaris hilang itu.
Mungkin langit nggak membiarkanku menangis dalam hujannya. Mereka ingin aku mengerti. Dan mereka sudah benar-benar membuat aku mengerti. Aku menyesal.
Tuhan, hukumannya terlalu berat. Maafkan aku.
Kali ini matahari tertutup awan yang cukup besar, bayangannya menutupi tubuh mungilku. Isakku makin kecang. Ternyata aku lemah.
Terimakasih Tuhan, hari ini aku sadar.
eaaaa! sok melankolis lu ning!
*tiup kuku2 lentik*
gue kebanyakan baca novel yg tokoh utamanya orang kaya jdi begini nih._.
dan berhubung gue juga pengen banget kaya, tapi gue yakin uang itu bukan segalanya
inget kata syarimah masyirah *oke gue gatau ini siapa*
"kata kerangkai, hidup itu kuncinya, nggak harus terburu2""
oke sangat nggak nyambung, lagipula itu kata2 preketeknya si yoga.
yasudah, gue berharap cernut gue gaada masalah, dan dinilai baik sama yang baca.
seenggaknya dinilai biasa ajalah-_-
yowes, semlekom :D
-ANING:)
No comments:
Post a Comment