(diambil di kebun belakang rumah liburan kemarin)
Layaknya
embun yang hadir tiap pagi, yang menyegarkan tumbuh-tumbuhan, menciptakan bau “khas”
pada tanah dan debu, dan menyejukkan udara yang menghangat seiring terbitnya
sang fajar. Kemudian datang lagi esok pagi gelap, bahkan rembulan masih belum
ingin pulang.
–adalah kamu, kalian, setiap
jiwa, yang merasa dirinya kecil dan tidak diperhatikan meski selalu berusaha
hadir dan menebar kebaikan kecil, percayalah ada yang diam-diam memperhatikan
dan menantikanmu tiap pagi, rela bangun lebih awal demi menghirup lembab udara
dan aroma khas yang kau buat, dan menikmatinya sambil menggumamkan lagu riang.
Bersabarlah, sedikit lebih lama, embun.
(bgm: Matahari – Banda Neira)
Tulisan pada ujung sadar
menyalahkan-membandingkan diri yang kesekian kali.
Terimakasih pada Mu ya Rabb
karena telah memberiku liburan yang cukup,
cukup untuk lebih sering
menikmati “sendiri” dirumah, terutama
pagi hari dan kebun rumah
yang kembali jadi rutinitas (untuk beberapa hari).
BYE
No comments:
Post a Comment